Tari Kretek adalah salah satu tarian tradisional dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang mengambarkan para buruh wanita (mbatil) yang bekerja membuat rokok sampai proses mengguntingi atau merapikan ujung-ujung rokok.
Tarian ini merupakan bagian dari acara yang di gelar dengan tema Eksotika Tari Jawa Tengah, dimana ini adalah pentas ujian akhir mata kuliah Tari Jawa Tengah II pada Program Studi Pendidikan Seni Tari Angkatan 2015 di gedung B 6 , Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Negeri Semarang. Acara ini di gelar selama dua hari dari tanggal 15 sampai 16 Desember 2017, dimana total pementasan ada 18 tarian. Sedangkan Dosen pengujinya adalah Drs. R. Indriyanto M.Hum, Drs. Bintang Hanggoro Putro, M. Hum, dan Restu Lanjari, S.Pd. M.Pd
Tarian ini mempertunjukan gerak-gerak yang melambangkan kegiatan membuat rokok, misal membhatil, nampeni, ngepak sampai pada pemasarannya. Pada tarian ini semua penarinya adalah perempuan dan hanya ada satu penari laki-laki yang berperan sebagai mandor yaitu orang bekerja mengawasi para pekerja rokok ini.
Tari
Kretek dulu diberi nama tari Mbatil, tapi nama ini sangat tidak popular
di kalangan masyarakat, yang kemudian diganti dengan nama tari kretek
yang sangat popular di masyarakat Kudus tahun 1986an.
Tari Kretek ini diciptakan oleh Endang Toni, pemilik Sanggar Seni Puring Sari, dimana tari ini pertama dipentaskan pada saat peresmian Museum Kretek tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia Soepardjo Rustam. Kala itu tarian ini ditarikan secara massal oleh 500 penari.
Dalam
tari ini geraknya sangat rancak dan dibawakan secara berkelompok,
dimana busana yang dikenakan oleh penari perempuannya memakai pakaian
khas Kudusan sedangkan laki-lakinya menggunakan blangkon. Tarian ini
diiringi musik Gamelan Jawa Klasik dengan lirik lagu yang menceritakan
bermacam-macam rokok yang ada di Kudus.
Dalam
tarian ini diceritakan asal mula sampai akhir proses pembuatan rokok
kretek, dari memilih bakau yang baik sampai menjadi rokok, yang
diteruskan dengan memotong bagian ujung rokok untuk dirapikan. Setelah
pekerjaan ini selesai, kemudian diserahkan kepada mandor untuk
diperiksa. Ketika sedang memeriksa pekerjaan para pembhatil ini,
kadang-kadang sang mandor menggoda mereka. Gemulai tangan sang wanita
mengambarkan kelincahan seorang buruh rokok dalam melinting dan
membhatil.
Kastum
dan attribute yang dipakai dalam Tari Kretek ini ini adalah konde,
cunduk, giwang markis, kalung susun renteng 9 (melambangkan wali songo),
bros gendhem 5 (Rukun Islam), gelang lungwi, kebaya kartinian warna
biru, selendang toh watu, kendit, idet, jarik kaseman/jarik kudusan,
celana rancingan kuning dan sabuk/gesper.
Tarian
ini sekarang sudah terkenal dan sering di tampilkan pada acara-acara
seperti penyambutan tamu agung, bahkan sering juga di perlihatkan pada
acara parade budaya. Tari Kretek menjadi bagian dari ragam seni dan
budaya Indonesia yang harus kita lestarikan karena dapat dijadikan
potensi untuk menarik wisatawan lokal atau asing untuk datang ke Jawa
Tengah, khususnya Kabupaten Kudus di sektor Pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar